5 Langkah Mencapai keberhasilan dalam pengelolaan SDM

Mencapai keberhasilan dalam pengelolaan SDM tersebut manajemen akan menghadapi banyak tantangan baik internal maupun eksternal. Ada beberapa tantangan internal yang selama ini sering terjadi pada perusahaan, yaitu :
Pertama, bagaimana upaya untuk menetralisir asumsi-asumsi (premise) keliru tentang SDM yang dipegang oleh manajemen. Asumsi keliru dalam pengelolaan SDM di banyak organisasi, diantaranya adalah : tersebut manajemen akan menghadapi banyak tantangan baik internal maupun eksternal. Ada beberapa tantangan internal yang selama ini sering terjadi pada perusahaan, yaitu :
Pertama, bagaimana upaya untuk menetralisir asumsi-asumsi (premise) keliru tentang SDM yang dipegang oleh manajemen. Asumsi keliru dalam pengelolaan SDM di banyak organisasi, diantaranya adalah :
Reveolusi Industri yang berkembang di Inggris banyak membawa dampak perubahan, diantaranya peningkatan hasil industri secara tajam dan urbanisasi penduduk dari desa ke kota. Pembangunan kota–kota dan wilayah–wilayah industri membawa implikasi sosial yang berbeda, yaitu perubahan area pertanian menjadi area industri yang menyebabkan banyak petani yang kehilangan pekerjaan. Sementara di area industri, tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian akan tersisih dari persaingan. Pengangguran meningkat yang berjalan simetris dengan meningkatnya kriminalitas.
Selain masalah diatas, dampak revolusi industri juga merambah ke dalam internal perusahaan, khususnya ketenaga kerjaan, seperti sistem pembayaran upah yang rendah, jaminan sosial yang buruk dan jam kerja yang tidak sesuai.Revolusi Industri menimbulkan dampak yang mendorong terjadinya revolusi sosial yaitu gerakan masyarakat yang berkeinginan mengubah kehidupan masyarakat kepada taraf yang lebih baik. Pemerintah Inggris menanggapi keadaan ini dengan cara mengeluarkan undang-undang Hak Asasi Manusia seperti Reform Bill 1832, Abolition Bill 1832, dan Factory Bill 1833. Reform Bill adalah peraturan pemerintah yang berisi tentang hak-hak yang diperoleh pekerja dalam parlemen. Factory Bill berisi tentang larangan penggunaan tenaga kerja wanita dan anak-anak. Sementara Abolition Bill berisi tentang penghapusan perbudakan. Sejarah Revolusi Industri memberikan pesan penting bahwa SDM harus dikelola secara profesional.
Kedua bagaimana mensosialisasikan pengelolaan SDM kepada seluruh lapisan organisasi, agar dapat dimengerti atau dipahami yang selanjutnya semua dapat menerima. Ini semua dipengaruhi oleh struktur, size, diversitas dan alokasi wewenang organisasional.
Ketiga, menyangkut pencapaian komitmen karyawan. Penciptaan komitmen ratusan atau ribuan individu dalam suatu perusahaan, agar mereka bersedia “mengeluarkan” energi untuk mencapai tujuan organisasi, adalah sangat sulit. Tujuan perusahaan biasanya bersifat jangka panjang dan bersifat umum seperti pertumbuhan atau keuntungan. Padahal, para karyawan memfokuskan pada horison waktu jangka pendek untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka (misal, gaji, kondisi kerja, promosi dan perlakuan adil). Penciptaan hubungan antara rangkaian tujuan-tujuan tersebut tidak mudah.

Keempat, upaya mengimplementasikan konsep pengelolaan SDM, hal ini bersumber pada kenyataan bahwa banyak konsep atau teori dibidang pengelolaan SDM yang tidak hanya berbeda, tetapi sering bertentangan (contradictory).

Kelima, mungkin tantangan terpenting dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang, adalah fleksibilitas: Fleksibilitas untuk melakukan adaptasi dan adjusments painful. Fleksibilitas untuk berubah ini harus dipunyai bukan karena kita ingin memilikinya, tetapi karena kita harus melakukannya, sebagai adaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan seperti perubahan pelanggan, perubahan sumber dan komposisi personalia, perubahan teknologi, dan perubahan sosial budaya. Dilema kita adalah personalia organisasi, bahkan staf profesional SDM, sering menunjukkan penolakan terhadap perubahan (resistance to change), membuat organisasi tidak fleksibel ketika kita harus mengubah terhadap lingkungan yang berubah secara cepat dan semakin turbulen; fleksibilitas untuk mencoba berbagai konsep SDM baru; dan fleksibilitas untuk menerima dan mengimplementasikan perubahan-perubahan mendasar, yang kadang-kadang the way we do things.(diolah dari berbagai sumber)